Sejarah mobil nasional Indonesia, sungguh ironis dengan dunia otomotif tanah air. Setelah 40 tahun lebih kita masih belum bisa mencipkan mobil yang layak disebut sebagai kendaraan kebangsaan bangsa mobil nasional. Berikut beberapa mobnas yang masih berupa embrio, lahir prematur dan bahkan sudah lahir tapi mengalami cacat bawaan sehingga tidak berkembang sesuai harapan. Apa sebenarnya yang salah ? tulisan pertama dari 2 tulisan
KANCIL bukan sedan. Tetapi KANCIL bisa dikembangkan menjadi kendaraan penumpang untuk layak disebut sedan. Tanpa pretensi untuk menjadi mobil nasional, Kendaraan Angkutan Niaga Cilik Irit Lincah (disingkat KANCIL) adalah kendaraan yang didesign, dibuat dan dipasarkan oleh PT. Kurnia Abadi Niaga Citra Indah Lestari (disingkat KANCIL juga).
KANCIL sengaja dirancang dengan sasaran sama besar dengan setoran harian Bajaj. Target harga yang jelas bahwa dengan cicilan sebesar 30 ribu rupiah sehari, KANCIL harus bisa kasih take home pay 1 juta rupiah kepada pengemudinya, setoran kepada pemilik dan bisa mendanai operasional dan perawatan agar bisa produktif. Sebagai alat usaha KANCIL direncanakan agar bawa berkah bagi semua pihak. Pengendalian terhadap cost ini yang membatasi kenyamanan yang diterapkan di kendaraan KANCIL. Jadi, maunya jadi kendaraan murah masuk dari pasar bawah
Karena sederhana, KANCIL lebih cocok dipakai untuk kendaraan niaga. Mobil delivery van, pick-up, mobil toko, ambulans, mobil pelayanan telepon, PAM, kendaraan di resort pariwisata dan sebagainya. Kendaraan utility seperti itu dimanapun bisa bertahan melawan ancaman raksasa industri mobil.
Truk Perkasa sesuai namannya memang perkasa. Sayangnya karena tersandung persoalan, pabrik itu tak bisa memaksimalkan produksinya. Pabrik truk yang sebetulnya bukan melulu membuat truk itu merupakan industri hulu hingga hilir yang mampu membuat segala perkakas hingga mesin perang jika dikehendaki. Tapi ketika “dikandangkan” oleh BPPN, pabrik itu seperti mati enggan, hidup tak mau.
Pabrik yang berlokasi pabrik di Desa Karang Mukti, Subang, Jawa Barat belum lama ini suasana layaknya sebuah industri tak terlihat. Tapi bukan berarti industri tersebut mati total. “Kami masih membuat truk dan bus berdasarkan pesanan. Dan itu semua permintaan dari negera-negara tetangga,” ujar Ben Sinivasan, Direktur Utama PT Wahana Perkasa Autojaya, anak perusahaan Group Texmaco.
Ditambahkan Ben, walau tidak banyak unit yang diekpor ke negara pemesan, namun sejak diluncurkan pertengahan tahun 1998, Perkasa baru dipakai TNI, Polri, serta sejumlah kecil perusahaan jasa transportasi yang sudah menggunakan. Truk dengan kandungan lokal lebih dari 90 persen, menurut Ben, memiliki performa terbaik.
Karena perusahaan tersebut kini di-BPPN-kan, sehingga tak berkutik untuk unjuk gigi., padahal kemampuan yang dimiliki, menurut banyak pengamat, sungguh luar biasa. Pabrik tersebut mampu membuat alat pertanian, mobil murah, bahkan kendaraan militer (ranmil), kendaraan taktis (rantis), bahkan panser sekalipun. Rasanya tak ada yang salah dalam truk ini tapi mengapa terpinggirkan di negeri sendiri?
Rantis (Kendaraan Taktis) MAESA PT44 buatan asli putra Indonesia ini, dirancang sebagai kendaraan angkut personel dan artileri carier yang mampu bermanuver di segala medan. Salah satu perancangnya, Mr. Sharsono, perancang ISS (Independent Suspension System) dan rangka dan chasis memberikan keterangan seputar rantis hasil rancangannya.
Grup Bakrie pun pernah menyiapkan mobil tahun 1994, Grup Bakrie melalui Bakrie Brothers menggugah sebuah mobil nasional terbaru Indonesia. Rancangannya berjenis MPV, mobil yang dinamakan Beta 97 MPV ini memiliki desain orisinal buatan rumah desain Shado asal Inggris, bahkan satu unit mobil contoh pun sudah dibuat dan diuji coba di sana.
Pada bulan April 1995 disain Beta 97 MPV pun telag selesai dan mulai diperlihatkan ke manajemen Bakrie dan setelah itu, desain tersebut pun langsung dikembangkan hingga prototipe mobil ini selesai di tahun 1997. namun belum sempat keluar lagi-lagi tersandung krisis moneter tahun 1998 sehingga proyek tersebut tidak jadi dilanjutkan.
Thn 1970 an, sebuah perusahaan swasta PT Garmak motor memproduksi kendaraan komersil dengan merek MORINA (MObil RAkyat INdonesiA) dengan nilai kandunfan lokal 60%. Targetnya adalah masyarakat menengah bawah di pedesaan dengan langkah lanjut menyaingi Toyota Kijang nya Astra yang saat itu masih CKD, dengan slogan higher local content. Morina menggunakan motor penggerak dan transmisi Vauxhall (GM nya Inggris) dan struktur lokal. Bentuknya jauh dari cantik karena bodinya hanya menggunakan steel press tanpa moulding (lebih mirip panser daripada Toyota Kijang yang sudah lebih cantik body nya). Namun demikian, prototype Morina lulus uji coba trans-Jawa dengan baik, dan dapat ijin utk dipasarkan di Indonesia.
Setelah launch di Djakarta Fair (masih di Monas) Morina mulai dipasarkan dan diproduksi beberapa ratus unit dengan konfigurasi pickup dan station wagon namun sayang, Morina hanyamampu bertahan 5 tahun dan akhirnya dihentikan produksinya mimpi yang tidak kesampaian menyaingi Toyota Kijang.
Pengembangan mobil WAKABA singkatan dari Wahana Karya Bangsa ini dilakukan di Universitas Pasundan dengan melibatkan tiga orang peneliti dan 12 mahasiswa universitas Pasundan. Dana pengembangannya selain dari Pemda Jawa Barat, juga dari kementrian ristek serta Unpas dan Working Group yang menghabiskan dana sekitar Rp 200 juta.
Mobil kecil itu bermesin bensin 500 cc. Mesin yang dipakai mesin buatan BPPT Kemetrian Riset dan Teknologi, dengan tingkat kecepatan yang low speed.
Banyak sekali yang telah dihasilkan PT Pindad seperti senapan, kendaraan taktis, tank serta aneka macam alutsista. Salah satu yang menarik yaitu Produk Panser 6×6 Anoa Pindad. Tank Panser ini disebut juga Anoa APS (Angkut Personel Sedang). Nama Anoa diambil dari salah satu nama hewan yang ada di Indonesia. Panser ini sendiri sudah sejak tahun 2006 diproduksi.
Panser 6X6 Pindad merupakan kendaraan tempur pengangkut personel dengan sistem penggerak roda simetris yang dirancang khusus untuk TNI AD, khususnya kavaleri. Panser dapat mengangkut 10 personel dengan tiga kru, satu komandan, dan satu “gunner”. Panser juga dilengkapi dengan “mounting” senjata 12,7 mm yang dapat berputar 360 derajat.
Panser 6×6 Anoa Pindad sudah digunakan oleh TNI kita serta beberapa negara lainnya. kabar terakhir TNI AD memesan 154 jenis tank ini. Kemudian Negara Malaysia memesan 32 buah, serta beberapa negara lain yang tertarik seperti Oman, Bangladesh dan Nepal.
Demikian sejarah mobil nasional bagian pertama yang merupakan tulisan pertama dari 2 bahasan. Lihat sejarah mobil nasional bagian kedua
Demikian sejarah mobil nasional bagian pertama yang merupakan tulisan pertama dari 2 bahasan. Lihat sejarah mobil nasional bagian kedua
0 komentar:
Post a Comment