December 05, 2013

Hancurnya penjualan mobil baru di Jabodetabek

Hancur nya penjualan mobil baru di Jabodetabek, Agung Car
Masalah pelik yang dihadapi pelaku otomotif khususnya mobil di penghujung tahun 2013 ini sangat berat, bahkan pada tahun berikutnya akan lebih pelik lagi kalau tidak segera dibenahi dari sekarang. Masalah apa saja yang mendera produsen otomotif akan dibahas Agung Car


Kondisi problem ibukota yaitu kemacetan hampir disemua ruas jalan membuat pemprov DKI Jakarta yang digawangi duet maut Jokowi Ahok melakukan tindakan tegas pada sterilisasi jalur Trans Jakarta (Bus way) yang membuat kemacetan kendaraan khususnya mobil baru semakin menggila. Belum lagi denda maksimum yang dikenakan kepada penerobos jalur Trans Jakarta sebesar Rp. 500 ribu sampai 1 juta rupiah membuat makin runyam problem pengendara kendaraan bermotor. Macet tentunya jadi alasan utama memperburuk dan menghancurkan penjualan mobil baru di jabodetabek 

Kondisi ini memaksa masyarakat pengguna kendaraan bermotor untuk menggunakan angkutan umum, yang mana program transportasi masa depan dengan komposisi 60% transportasi masal/umum dan 40% kendaraan pribadi. Sementara kondisi real saat ini pemakaian kendaraan pribadi mencapai 70% lebih, sebuah kondisi yang bertolak belakang dari harapan yang ideal. Peralihan penggunaan angkutan umum membuat pengurangan penggunaan mobil pribadi juga pemicu hancurnya penjualan mobil di jabodetabek

Pemerintah pimpinan SBY menyampaikan fakta pemakaian subsidi BBM 2012 lalu mencapai angka Rp. 211,9 Triliun rupiah dan melalui kementrian ESDM dan Pertamina menggalakkan program hemat bbm dengan program RFID. Sebuah program pencatatan penggunaan BBM premium bersubsidi. Program RFID yang saat ini berjalan di kota Jakarta dan awal tahun depan akan digunakan di seluruh SPBU di seluruh wilayah Indonesia akan mencatat penggunaan bbm bersubsidi pada kendaraan anda dan tidak akan bisa menggunakannya melebihi quota yang telah ditentukan. 
Langkah ini hanya bisa mendaftarkan 1 buah mobil anda dan tentunya bukan mobil kategori mewah. Jadi penyebab runtuhnya penjualan mobil baru di Jabodetabek adalah orang mengurangi penggunaan jumlah kendaraannya, alias jika punya mobil lebih dari satu tentunya akan di jual atau diatas namakan anak, istri atau saudara agar bisa mendapatkan bbm bersubsidi dengan pembatasan RFID dari pertamina ini

Pertumbuhan jalan di Ibukota yang tidak mencapai 1% per tahunnya sementara angka pertumbukan kendaraan lebih dari 10% pertahun. Jika kondisi macet ini tidak dibenahi prediksi DKI Jakarta macet total pada tahun 2014 memang betul betul terjadi. Tentunya penyebab hancurnya penjualan mobil baru yang keempat ini bukan karena pemerintah yang tidak sanggup membuat jalan baru, namun lahan yang tersedialah yang sudah tidak mencukupi

Inkonsistensi pemerintah dalam kebijakan otomotif turun berperan dalam hancurnya penjualan mobil di jabodetabek. Seperti pembuatan mobil Low Cost Green Car, mobil murah ramah lingkungan yang awalnya dibuat untuk mobil keluarga murah di Indonesia, peruntukan diluar kota besar serta menggunaan bahan bakar non subsdi namun faktanya banyak di beli oleh masyarakat kota besar menggunakan bbm subsidi karena design bentuknya yang imut dan kecil tentu sangat lincah menerobos sempitnya jalanan di kawasan perkotaan. Jadi konsep mobil murahnya yang salah atau inkonsistensi pemerintah dalam kebijakan mobil mudah dan mengatasi kemacetan di kota-kota besar 

Terus apa langkah dari pelaku otomotif menyiasati runtuhnya penjuaan mobil di kota-kota besar nusantara ? Ada beberapa langkah kebijakan yang layak diambi :

Pemerintah harus mampu membuat sebuah kawasan industri baru diluar pulau jawa, sehingga aktivitas ekonomi yang tinggi tentu merangsang aktivitas pelaku ekonomi pula, termasuk otomotif. Saat ekonomi tumbuh Industri yang berkembang lebih dulu adalah properti dan otomotif, begitu juga sebaliknya jika ekomoni ambruk otomotif dan properti lah yang runtuh lebih dulu

Pemerintah bisa memberikan kebijakan lanjutan untuk industri otomotif nasional berbasis karya anak bangsa seperti mobil nasional esemka, tawon, kancil dan banyak lainnya sehingga  mobil baru yang dihasilkan multi fungsi dan harga terjangkau. Idealnya harga mobil murah sekitar Rp. 40 - 50 juta dengan fungsi bisa buat keluarga dan buat cari duit (niaga)

Pelaku otomotif khususnya pabrikan Jepang harus berani menyisihkan sedikit keuntungannya buat menghidupkan industri nasional dengan mobil nasional (mobnas). Seperti tranfer tekhnologi, pembuatan pabrik perakitan mobil diluar pulau jawa dan sebagainya. Kita bisa contoh malaysia yang membangun mobil nasional proton hasil kolaborasi Mitsubishi dengan pemerintahan Malaysia. Bukankah industri otomotif kita lebih dulu eksis di banding malaya ? 

terakhir mindset para pemimpin dan pelaku otomotif harus lah disamakan visi dan misinya. jangan hanya berpikir prakmatis, sesaat tanpa memikirkan kedepannya. Selagi Pemangku anamat rakyat di negri ini hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompoknya, Industri otomotif kita bukan hanya ketinggalan dari negara lain, namun hancurnya penjualan mobil baru bukan hanya di Jabotabek ... bisa jadi turun pula skala nasional

Contohlah Jepang, yang mana negara kecil namun 3 pabrikan otomotif asal sakura tersebut mampu menguasai 5 besar pangsa pasar produksi mobil dunia.

No comments:

Post a Comment